Pemuda dan Sosialisai
Cara Anda mengendalikan keuangan sangatlah berpengaruh pada keseluruhan hidup Anda—bukan hanya di sisi finansial, tapi juga kerohanian, jasmani, dan hubungan dengan sesama.
Ada satu hal mendasar yang membedakan antara orang yang makmur dan orang yang selalu harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan uang : pengendalian diri.
Saya akan memberikan sebuah ilustrasi tentang uang dan kemakmuran, yang mungkin sudah tak asing lagi bagi Anda.
Seorang pemuda telah bekerja seharian di bawah teriknya matahari, seperti yang biasa dia lakukan karena dia adalah anak sulung di keluarganya. Dalam keadaan lelah dan kelaparan, ia akhirnya pulang. Di rumah, dia bertemu dengan adik laki-lakinya yang membawa semangkuk sup lezat.
Si adik menawarkan sup itu kepadanya, namun syaratnya adalah dia harus menukarnya dengan hak kesulungan yang dia miliki.
Karena rasa lapar yang tidak tertahankan, pemuda ini tanpa pikir panjang setuju dengan syarat tersebut. Diapun memberikan kemakmuran dan kehormatannya di masa yang akan datang demi sebuah kebutuhan sesaat.
Terdengar konyol, bukan?
Siapapun pemuda itu—yang rela menukar semua uang, harta, dan hak kesulungan demi semangkuk sup—pastilah dia orang bodoh.
Namun, sulit melihat kekonyolan itu saat peristiwa yang serupa terjadi dalam hidup kita. Ada banyak di antara kita yang menukar kebebasan finansial, kemakmuran, dan damai sejahtera demi pakaian indah, mobil baru, atau gadget terbaru, yang dibayar dengan kartu kredit atau berhutang.
Apa sebabnya?
Karena kita tidak memiliki pengendalian diri. Tanpa terkontrol, kita begitu mudahnya menukar kebutuhan masa depan demi apa yang kita inginkan sekarang.
Seperti yang Anda telah ketahui, kisah di atas menceritakan tentang Yakub dan Esau. Seandainya saja Esau mampu mengendalikan keinginan hatinya, maka dia tidak akan pernah menyerahkan kekuasaan yang dia miliki atas harta dan kemakmuran yang telah dijanjikan kepadanya. Dia pasti sudah hidup nyaman dengan kehormatan selama hidupnya. Namun sebaliknya, justru sang adik yang hidup dalam kehormatan dan kemakmuran.
Berapa kali kita telah menukar hal yang benar (seperti uang tabungan) demi kenyamanan sesaat untuk membeli mobil, gadget, atau makan-makan di restoran dengan uang yang tidak kita miliki? Seberapa sering kita kehilangan kendali demi memiliki barang-barang mewah yang tidak bisa kita beli secara tunai, dan mengorbankan kemakmuran di masa depan?
Setiap kali Anda memutuskan untuk menahan keinginan hati yang sementara dan berusaha menetapkan goal jangka panjang, Anda sedang memposisikan diri sebagai pemenang atas keuangan di hidup Anda.
Belajar mengendalikan keinginan hati itu sama seperti berolahraga. Semakin sering dilakukan, semakin kuatlah kita, dan lama-kelamaan hal itu menjadi mudah untuk dilakukan.
Mudah bagi kita untuk melihat di mana kesalahan Esau. Namun, bagaimana dengan diri kita sendiri? Seberapa parah kita bergelut untuk meraih kebebasan finansial? Ketika kita merasa benar-benar membutuhkannya, maka perubahan itupun dimulai, dan kita akan berhenti menukar kemakmuran jangka panjang dengan kesenangan sesaat.
Artikel :
http://www.jawaban.com/index.php/money/detail/id/83/news/131010144719/limit/0/Pengendalian-Diri-Menentukan-Kemakmuran-Anda-di-Masa-Depan.html
cara mengendalikan diri :
1. Dalam Keluarga
- Hidup sederhana dan tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.
- Tidak mengganggu ketentraman anggota keluarga lain.
- Tunduk dan taat terhadap aturan serta perintah orang tua.
2. Dalam Masyarakat
- Mencari sahabat sebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan
- Saling menghormati dan menghargai orang lain
- Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi
- Mengikuti segara aturan yang berlaku dalam masyarakat
3. Dalam Lingkungan Sekolah Dan Kampus
- Patuh dan taat pada peraturan di sekolah
- Menghormati dan menghargai teman, guru, karyawan, dll
- Berani mengatakan tidak pada ajakan dan paksaan tawuran pelajar / tawuran mahasiswa serta perbuatan tercela
- Hidup penuh kesederhanaan, tidak sombong dan gengsian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar